Halaman

Home

KITAB TI CE KUEI - SOPAN SANTUN


Kitab “Ti Ce Kuei” ini berisi Nasehat dari Nabi Khong Hu Cu.


1.
Pertama-tama harus ber-Bakti kepada Orangtua dan menyayangi Saudara-saudara-nya sendiri, se-lanjut-nya dalam melakukan segala sesuatu harus ber-hati-hati, setiap kata yang di-ucap-kan harus di-tepati.


2.
Mencintai Manusia secara luas, juga men-dekat-kan diri kepada Orang-orang yang ber-budi Kebajikan dan penuh rasa kasih. Setelah tingkah laku diri sendiri baik, maka sisa waktu dan tenaga yang ada dapat di-per-guna-kan untuk mempelajari ilmu pengetahuan.


3.
Apabila kita panggil Orangtua Kita, Kita wajib segera men-jawab dan jangan di-tunda-tunda;


4.
Apabila Orangtua Kita memerintahkan kita melakukan sesuatu pekerjaan, maka Kita wajib me-laksanakan-nya dengan tekun dan tiada rasa malas.


5.
Apabila Orangtua Kita sedang mengajari atau menasehati Kita, maka Kita wajib men-dengar-kan-nya dengan penuh rasa Hormat, tidak boleh ber-sikap acuh tak acuh;


6.
Apabila Kita di-marahi Orangtua Kita, maka Kita wajib mengakui kesalahan Kita dan berusaha mem-per-baiki-nya, tidak boleh menolak tanggung jawab.


7.
Dalam melayani Orangtua Kita, Kita wajib melakukan-nya dengan se-tulus hati, sehingga di dalam Musim dingin hati Orangtua Kita bisa merasakan ke-hangat-an, se-balik-nya di dalam Musim panas hati Orangtua Kita bisa merasakan ke-sejuk-an;


8.
Saat bangun pagi Kita harus mem-beri salam kepada Orangtua Kita, begitu juga malam hari sebelum tidur kita juga harus memberi salam kepada mereka.


9.
Saat keluar rumah harus permisi kepada Orangtua, saat kembali juga harus meng-hadap pada Orangtua, agar mereka mengetahui bahwa Kita telah kembali; dalam Keluarga Kita apabila telah terbentuk Peraturan dan Tradisi, jangan se-suka hati merubah-nya.


10.
Walau untuk soal kecil sekali pun, jangan-lah Kita mengambil keputusan sendiri, apabila Kita mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan Orangtua, hal ini telah me-langgar Tata Krama yang harus di-patuhi seorang Anak.


11.
Walaupun barang-nya kecil, jangan-lah di-sembunyi-kan sehingga Orangtua Kita tidak mengetahui-nya; kalau Kita sembunyi-kan, hal ini akan membuat hati Orangtua Kita merasa sedih.


12.
Tingkah laku atau perbuatan yang di-senangi Orangtua Kita, harus se-penuh hati Kita laksana-kan, se-balik-nya tingkah laku yang tidak di-senangi Orangtua Kita, Kita wajib merubah-nya.


13.
Apabila badan Kita terluka, hal ini akan membuat risau hati Orangtua;


14.
Apabila Moral Kita tercela, hal ini akan mem-buat malu Orangtua.


15.
Orangtua sayang kepada Kita, untuk menunaikan Bakti itu adalah hal umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dan tidak ada istimewa-nya; tetapi apabila Orangtua tidak menyenangi Kita, dan Kita tetap dapat menunaikan Bakti dengan baik, itu baru mencerminkan Kita itu seorang yang ber-budi luhur.


16.
Kalau Orangtua Kita mempunyai kesalahan atau kebiasaan yang tidak baik, sebagai Anak Kita wajib membujuk-nya agar berubah, tetapi saat membujuk mereka, sikap Kita harus penuh hormat dengan wajah tersenyum, juga nada suara Kita harus pelan dan lembut.


17.
Apabila bujukan Kita tidak di-terima, Kita tunggu sampai saat Orangtua Kita senang hati-nya, lalu Kita bujuk lagi, kalau tidak di-terima juga Kita boleh bujuk mereka sampai menangis, bahkan kalau Kita di-pukul sekali pun, Kita tidak menyalahkan mereka.


18.
Saat Orangtua Kita lagi sakit, setiap ramuan yang akan di-beri-kan kepada mereka, harus Kita cicipi sendiri terlebih dahulu, baik siang ataupun malam Kita wajib merawat-nya dan terus berada di sisi-nya.


19.
Apabila Orangtua Kita meninggal, dalam masa berkabung selama tiga tahun, Kita harus selalu membawa perasaan duka, kehidupan Kita pun harus berubah, sama sekali tidak boleh minum arak dan makan daging, atau ber-senang-senang, Kita harus selalu mengenang Orangtua Kita yang telah meninggal tersebut.


20.
Dalam pelaksanaan penguburan-nya, harus-lah menuruti tata cara dalam Upacara kematian, saat menyembah Arwah-nya harus dilakukan dengan hati yang tulus; terhadap Almarhum Orangtua Kita, harus Kita sembah dan perlakukan dengan sikap yang tulus, se-akan-akan mereka itu masih hidup.


21.
Sebagai seorang Abang harus menyayangi dan memperlakukan Adik-nya sebagai seorang Teman, se-balik-nya sang Adik harus menghormati sang Abang; sesama Abang dan Adik saling akur, ini juga merupakan wujud dalam pelaksanaan Bakti kepada Orangtua.


22.
Jangan-lah terlalu mementingkan harta benda, kalau Kita tidak terlalu mementingkan harta benda, maka tidak akan mudah timbul keluhan di dalam hati, apabila Kita bisa ber-sabar terhadap ucapan-ucapan yang Kita dengar, sekali pun ada hal-hal yang tidak menyenangkan, dengan ber-lalu-nya waktu, hal ini akan hilang dengan sendiri-nya.


23.
Baik saat makan, saat ber-jalan maupun saat duduk, Kita harus mem-biar-kan Orang yang lebih tua duluan, yang lebih muda belakangan.


24.
Saat yang lebih tua memanggil seseorang, Kita harus bantu memanggilkan-nya, kalau Orang yang di-cari itu tidak ada, maka terlebih dahulu Kita meng-ganti-kan Orang yang di-cari-nya tersebut.


25.
Menyapa Orang yang lebih tua, jangan-lah memanggil Nama-nya. Di hadapan Orang yang lebih tua jangan menunjukkan kelebihan Kita.


26.
Kalau di jalanan bertemu Orang yang lebih tua, cepat-cepat-lah maju ke hadapan-nya untuk memberi salam. Saat yang lebih tua tidak berkata sepatah pun, mundur-lah sambil dengan sikap hormat ber-diri di samping.


27.
Kalau di jalanan bertemu dengan Orang yang lebih tua, dan saat itu Kita sedang naik kuda ataupun naik kereta, maka segera-lah turun dari kuda ataupun kereta. Tunggu sampai Orang yang lebih tua itu melewati Kita, setelah meninggalkan Kita sejauh 100 langkah lebih, baru-lah Kita boleh pergi dari situ.


28.
Kalau Orang yang lebih tua sedang ber-diri, maka yang lebih muda pun harus ber-diri.


29.
Kalau yang lebih tua sedang duduk, sebagai Orang yang lebih muda baru boleh duduk kalau sudah di-suruh duduk.


30.
Di hadapan Orang yang lebih tua, suara percakapan Kita harus-lah pelan, tetapi apabila terlalu pelan sehingga tidak kedengaran, itu pun tidak benar.


31.
Saat maju menghadap Orang yang lebih tua, langkah Kita harus lebih cepat sedikit, se-balik-nya saat Kita mundur dari hadapan-nya, maka harus-lah dengan langkah yang lambat;


32.
Saat menjawab pertanyaan Orang yang lebih tua harus dilakukan sambil ber-diri, dan pandangan mata jangan melihat ke sana ke mari.


33.
Dalam melayani Paman ataupun Uwak, harus dilakukan bagaikan Kita melayani Ayah Kita sendiri;


34.
Dalam melayani Abang Sepupu Kita, juga harus dilakukan seperti Kita melayani Abang Kandung Kita sendiri.


35.
Bangun harus pagi-pagi, tidur harus lebih larut malam; karena waktu cepat berlalu dan Manusia pun cepat tua, se-harus-nya menyayangi kesempatan waktu yang ada dengan pekerjaan yang ber-manfaat.


36.
Bangun pagi harus cuci muka dan ber-kumur, setelah keluar dari kamar kecil juga harus men-cuci tangan.


37.
Kalau pakai topi juga harus di-pakai dengan baik, kancing baju pun harus ter-kancing dengan baik, sepatu dan kaos kaki juga harus di-pakai dengan baik, tali sepatu ter-ikat dengan baik, masalah pakaian harus-lah rapi dan bersih.


38.
Topi dan baju, ada tempat-nya yang tertentu, jangan-lah di-letak-kan di sembarang tempat sehingga mengotori topi dan baju Kita.


39.
Baju yang terpenting adalah kerapihan dan kebersihan-nya, bukan terletak pada mahal-nya, baju yang dikenakan harus di-sesuai-kan dengan status Kita dan status keluarga Kita.


40.
Masalah makan, jangan terlalu pilih makan, ketahui-lah bahwa tidak mudah untuk mendapatkan makanan. Makan-lah se-cukup-nya saja jangan sampai berlebihan.


41.
Saat muda jangan-lah minum arak, kalau sampai mabuk maka semua sikap jelek Kita akan terlihat dengan jelas. ( minum arak dapat mengundang hal-hal yang tidak di-ingin-kan ).


42.
Ber-jalan harus dengan sikap tegap dan jangan ter-gesa-gesa, ber-diri harus dengan sikap tegak, menjura (Cuo-I) harus dilakukan dengan mem-bungkuk-kan badan, sikap ber-lutut saat Sembahyang harus dengan penuh rasa hormat.


43.
Jangan menginjak kusen pintu (palang bawah pada pintu rumah Zaman dulu),


44.
Se-waktu ber-diri sikap badan jangan-lah miring,


45.
Se-waktu duduk jangan me-lipat kaki, juga jangan meng-goyang-goyang-kan kaki.


46.
Saat memasuki pintu, pelan-pelan menyingkapi tirai pintu dan jangan sampai ber-suara, sesudah itu badan di-putar dan di-bungkuk-kan sedikit untuk mengelakkan sudut tirai pintu.


47.
Barang harus di-bawa dengan baik, sekali pun barang itu kosong tidak ber-isi, harus dilakukan se-akan-akan ada isi-nya;


48.
Memasuki ruangan yang kosong pun, harus dilakukan se-akan-akan ada Orang lain di dalam-nya.


49.
Mengerjakan sesuatu jangan-lah ter-gesa-gesa, dalam ke-ter-gesa-gesa-an akan timbul banyak kesalahan;


50.
Mengerjakan sesuatu jangan-lah takut sulit, juga jangan asal-asal-an.


51.
Tempat Orang ribut-ribut jangan di-dekati;


52.
Perbuatan yang tidak sopan jangan di-dengar.


53.
Saat hendak memasuki pintu rumah, terlebih dahulu tanya-kan apakah ada Orang di dalam rumah; Saat memasuki ruangan utama juga harus terlebih dahulu mengeluarkan suara.


54.
Apabila Orang ber-tanya siapa, maka Kita harus menjawab Nama Kita, kalau Kita katakan saya, maka dia tidak akan jelas siapa gerangan yang datang.


55.
Kalau meminjam barang Orang lain, harus minta permisi terlebih dahulu, kalau tanpa permisi langsung di-guna-kan, itu sudah termasuk pencurian.


56.
Meminjam barang Orang lain harus segera di-kembali-kan, kelak apabila masih memerlukan-nya, sudah tidak sulit meminjam-nya lagi.


57.
Setiap ber-bicara harus mengutamakan kejujuran dan pegang janji, ber-bohong dan omong besar semua-nya itu tidak boleh dilakukan.


58.
Daripada banyak bicara, lebih baik sedikit bicara, setiap kata-kata Kita harus jujur, terutama tidak boleh ber-bicara kata-kata manis yang tidak ada Kebenaran-nya.


59.
Omongan gombal, kata-kata kotor, bahasa Orang pasaran, harus di-jauhi penggunaan-nya.


60.
Suatu persoalan apabila belum Kita lihat dengan jelas duduk persoalan-nya, jangan sembarangan bicara, sebelum Kita mengetahui Kebenaran-nya, jangan se-enak-nya di-sampai-kan kepada Orang lain.


61.
Sesuatu yang tidak pantas, jangan-lah terlalu mudah Kita sanggupi dan Kita janji-kan, kalau sudah ber-janji, mau dilakukan juga salah, tidak dilakukan juga salah, sehingga menjadi serba susah.


62.
Setiap meng-ucap-kan kata-kata, harus di-ucap-kan dengan jelas, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat, dan jangan sampai samar-samar.


63.
Di sana Orang ber-gunjing, di sini Orang bergunjing, yang tidak ada hubungan-nya dengan Kita, jangan-lah Kita ikut-ikut-an, jangan-lah mencampuri urusan Orang lain.


64.
Melihat Kebaikan atau kelebihan Orang lain, harus-lah berusaha untuk mengejar ketinggalan Kita, walaupun masih terlalu jauh perbedaan-nya, lambat laun pasti ter-kejar juga.


65.
Melihat kejelekan Orang lain, segera-lah Kita intropeksi, kalau Kita pun ada kesalahan yang sama, segera-lah perbaiki, kalau ternyata Kita tidak ada berbuat kesalahan, Kita pun wajib meningkatkan ke-waspada-an.


66.
Apabila Kebajikan Kita, pengetahuan Kita, bakat Kita ketinggalan di-banding-kan dengan Orang lain, maka se-harus-nya Kita mendorong diri Kita agar berusaha mengejar ketinggalan yang ada.


67.
Selain dari yang disebut di atas, kalau masalah pakaian Kita tidak se-mahal Orang lain, makanan Kita tidak se-enak Orang lain, Kita tidak perlu risau dan bahkan ingin mem-banding-kan-nya untuk mengetahui siapa yang lebih unggul.


68.
Kalau Kita men-dengar Orang lain menyampaikan kekurangan Kita, Kita menjadi marah, tetapi kalau mendengar Orang lain memuji Kita lalu Kita menjadi gembira, dengan ada-nya sikap yang demikian, maka lama-ke-lama-an, Teman-teman yang menghalangi pembinaan diri Kita semakin lama semakin banyak, sedangkan Teman-teman yang bisa membantu pembinaan diri Kita semakin lama semakin sedikit.


69.
Se-balik-nya apabila mendengar pujian Orang Kita merasa kuatir, kuatir kalau-kalau dengan demikian Kita bisa berubah menjadi tinggi hati, men-dengar-kan kritikan Orang Kita merasa senang, karena dengan demikian Kita bisa memperbaiki diri, semakin hari akan semakin akrab dan dekat dengan Kita.


70.
Tanpa sengaja melakukan sesuatu yang tidak se-pantas-nya dilakukan, itu disebut kesalahan, tetapi kalau dengan sadar dan sengaja melakukan sesuatu yang tidak se-pantas-nya, itu disebut kejahatan.


71.
Kalau telah sempat terjadi kesalahan atau bahkan kejahatan, lalu Kita bisa mem-perbaiki sikap Kita, maka kesalahan atau pun kejahatan itu lambat laun akan hilang, tetapi jika Kita malah berusaha menutupi kesalahan tersebut, itu berarti menambah berat dosa kesalahan Kita.


72.
Setiap Manusia, harus mempunyai hati yang penuh kasih sayang, seperti Langit yang menaungi seluruh isi Alam dan Bumi yang menopang segala isi Alam ini, sama sekali tidak ada sifat mementingkan diri dan mem-beda-beda-kan Orang lain.


73.
Orang yang mempunyai Budi Kebajikan yang tinggi, dengan sendiri-nya Nama-nya pun menjadi harum, yang di-pandang dan di-hormati Orang adalah Budi Kebajikan ini, bukan penampilan luar seseorang.


74.
Orang yang ber-bakat tinggi, dengan sendiri-nya Nama-nya pun menjadi harum, yang di-hargai Orang bukan mulut besar seseorang.


75.
Apabila Kita sendiri mempunyai kemampuan yang baik, se-harus-nya membantu Orang lain dan jangan mementingkan diri sendiri, kalau Orang lain mempunyai kemampuan yang baik, jangan-lah timbul rasa iri dan men-jelek-kan-nya.


76.
Terhadap Orang yang kaya dan terpandang, jangan-lah terus bersikap manis, terhadap Orang yang miskin dan hina, jangan-lah bersikap sombong, jangan-lah me-lupa-kan Teman lama dari kampung, jangan-lah hanya ingin mencari Teman yang baru saja.


77.
Saat seseorang lagi sibuk, jangan-lah ia di-ganggu dengan menyuruh-nya melakukan sesuatu,


78.
Saat hati seseorang sedang risau, jangan-lah di-cecar dengan kata-kata sehingga menambah ke-gundah-an-nya.


79.
Kalau seseorang ada kekurangan, jangan-lah membuka kekurangan-nya;


80.
Kalau seseorang ada rahasia, jangan-lah di-kata-kan kepada yang lain.


81.
Mengatakan Kebaikan Orang itu adalah sesuatu yang baik, karena setelah ia mendengar-nya, ia akan lebih berusaha untuk berbuat baik lagi.


82.
Menyebarkan kejelekkan Orang itu adalah sesuatu yang jahat, apabila terlalu membenci kejahatan Orang lain, hal ini akan mengundang bencana.


83.
Saling menasihati demi Kebaikan, saling memberi dorongan untuk melakukan Kebajikan, dengan demikian Budi Kebajikan ke-dua-nya pun akan meningkat, tetapi bila ada kesalahan dan tidak saling meng-ingat-kan, akibat-nya Budi Kebajikan ke-dua-nya pun ada cacat-nya.


84.
Setiap pemasukan dan pengeluaran uang harus-lah jelas, se-harus-nya banyak memberi sedikit menerima.


85.
Saat hendak menyalahkan Orang lain, terlebih dahulu ber-tanya kepada diri sendiri, kalau Kita sendiri tidak senang menerima-nya, Orang lain juga pasti tidak senang menerima-nya, dengan demikian cepat-cepat buang niat tersebut.


86.
Hutang budi harus di-balas, rasa dendam se-baik-nya di-lupa-kan, benci kepada seseorang hendak-nya singkat waktu-nya, persoalan-nya sudah lewat se-baik-nya di-lupa-kan saja, tetapi dalam mem-balas budi harus-lah panjang waktu-nya.


87.
Terhadap Para Pelayan dan Pembantu, Kita sendiri harus mempunyai sikap yang ber-wibawa, walaupun ber-wibawa tetap harus ber-sikap penuh kasih, damai, dan pemaaf.


88.
Dengan mengandalkan kekuasaan sehingga Orang lain terpaksa menerima, dalam hati-nya mereka tidak akan menerima-nya, tetapi jika dengan berdasarkan Kebenaran, mereka akan menerima-nya dengan tiada komentar.


89.
Sama-sama adalah Manusia, tetapi kelas dan jenis-nya ber-beda-beda, umum-nya Orang-orang biasa itu-lah yang ter-banyak jumlah-nya. Yang benar-benar dapat di-kata-kan Orang yang ber-Kebajikan, jumlah-nya sedikit sekali.


90.
Kalau memang dia itu seorang yang ber-Kebajikan, pasti akan banyak Orang yang menghormati-nya.


91.
Seorang yang ber-Kebajikan akan ber-kata jujur, dia tidak akan menyembunyikan kesalahan-nya, dia juga tidak akan men-cari muka.


92.
Apabila Kita bisa mendekati Orang-orang yang ber-Kebajikan, itu adalah suatu hal yang baik sekali, dengan demikian Budi Kebajikan Kita pun akan meningkat setiap saat, se-balik-nya kesalahan Kita akan terus ber-kurang.


93.
Kalau tidak mendekati Orang-orang yang ber-kebajikan, itu adalah suatu hal yang merugikan sekali, setiap hari-nya banyak ber-gaul dengan Orang-orang licik, semua masalah bisa menjadi rusak.


94.
Tanpa di-jalan-kan, tetapi hanya belajar di atas kertas saja, sehingga Kita tidak ada pegangan, kalau demikian akan menjadi Orang yang bagaimana Kita nanti-nya ?


95.
Tetapi kalau hanya di-kerja-kan saja, tanpa sekolah atau belajar akibat-nya juga tidak-lah baik, begitu punya pendapat sendiri, maka segala Kebenaran pun tidak dapat di-lihat lagi.


96.
Cara-nya belajar, Kita mengenal “tiga nyampai”, yaitu hati, mata dan mulut ke-tiga-tiga-nya harus nyampai.


97.
Begitu mulai mem-baca Buku ini, jangan-lah memikirkan untuk membaca Buku yang lain, bagian ini kalau belum selesai di-baca, jangan mulai mem-baca bagian yang lain.


98.
Cita-cita dan kemajuan yang di-capai dalam menuntut ilmu, tidak ada salah-nya Kita tinggi-kan sedikit batasan-nya, tetapi kenyataan-nya dalam menuntut ilmu harus-lah rajin dan tekun, asalkan usaha Kita cukup besar, maka soal-soal yang tidak di-mengerti akan dapat di-mengerti nanti-nya.


99.
Dalam belajar, apabila ada pertanyaan, segera-lah di-catat masalah-nya, lalu begitu ada kesempatan tanya-kan-lah kepada Orang lain, harus-lah Kita berusaha mendapatkan jawaban yang se-benar-nya.


100.
Ruangan dalam rumah harus-lah di-bersih-kan, meja dan kursi belajar harus bersih dan ter-susun rapi, begitu juga semua alat tulis harus terletak dengan baik.


101.
Saat meng-gosok-kan batangan karbon (untuk di-jadi-kan tinta Cina), batangan karbon harus tegak lurus batu gosok-nya, kalau batangan-nya miring, itu menunjukkan Kita tidak ber-konsentrasi.


102.
Pada saat menulis, harus sungguh-sungguh, kalau tidak demikian, belum apa-apa hati Kita sudah kacau terlebih dahulu.


103.
Menempatkan Buku, se-harus-nya mempunyai tempat yang tetap, setelah Buku selesai di-baca, harus-lah di-kembali-kan ke tempat-nya semula.


104.
Walaupun ada keperluan yang mendadak, tetap saja segala kertas dan alat tulis harus di-letak-kan dengan baik dan rapi,


105.
Kalau ada Buku yang rusak dan koyak, segera-lah di-tambal.


106.
Kalau bukan Buku dari Para Suci, jangan-lah di-baca, Buku-buku yang demikian dapat menutupi kearifan dan kecerdasan Kita, juga dapat merusak cita-cita luhur Kita.


107.
Jangan-lah tidak rajin, jangan-lah me-remeh-kan diri sendiri, harus-lah di-ketahui, bahkan tingkatan Orang Suci dan Para Budiman pun dapai Kita capai dengan se-tahap demi se-tahap.




Sumber:
http://cinaklasik.blogspot.com/2010/01/kitab-yang-harus-dibaca_30.html